Dewan Ekskutif Mahasiswa (DEMA) Sekolah Tinggi Ilmu Syariah (STIS) Mifthaul Ulum Lumajang bekerja sama dengan Kementerian Agama Republik Indonesia telah menyelenggarakan Seminar Nasional dengan tema “Optimalisasi Peran Ekonomi Syariah dalam Menghadapi Era Revolusi Industri 4.0” pada hari Sabtu, 19 Oktober 2019, mulai sejak pukul 09.00 WIB dan berakhir pada pukul 14.00 WIB di Gedung Aula Sekolah Tinggi Ilmu Syariah (STIS) Miftahul Ulum Lumajang, yang terletak di tengah-tengah Pondok Pesantren Miftahul Ulum Banyuputih Kidul Jatiroto Lumajang 67355.
Acara seminar dibukaali dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Lagu Ya Ahlal Wathan, menyambut gembira Dewan Ekskutif Mahasiswa (DEMA) Sekolah Tinggi Ilmu Syariah (STIS) Mifthaul Ulum Lumajang.Kegiatan seminar nasional secara resmi dibukan oleh Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Syariah (STIS) Miftaaul Ulum Lumajang. Dalam sambutannya, DEMA STIS Miftahul Ulum Lumajang menyampaikan seminar ini terselenggara atas kerjasama dengan Kementerian Agama Republik Indonesia. Perkembangan ekonomi syariah di era sekarang akan sangat didukung oleh Revolusi Industri 4.0, sehingga kita harus bertaruh dalam perubahan, dampak yang mengiringi revolusi Industri 4.0 serta bagaimana kita berkreasi dan berinovasi untuk mengembangkan ekonomi syariah papar Presiden DEMA STIS Miftahul Ulum Lumajang.
Seminar Nasional ini menghadirkan empat narasumber dari tidak diterima dan akademisi. Seminar kegiatan ini dihadiri oleh sekitar 200 orang peserta, yang berasal dari PPMU santri internal, pengurus PPMU, Mahasiswa dan Dosen STIS Miftahul Ulum Lumajang. Seminar melaksanakan kegiatan ini sangat menarik dibuktikan dengan sangat menariknya peserta seminar hingga dengan berakhirnya acara seminar.
Diawali dengan materi persetujuan oleh pihak yang mewakili Otoritas Jasa Keuangan (OJK) kabupaten Jember yang menjelaskan peran fungsi OJK dan upaya memperkuat lembaga keuangan syariah. Beberapa langkah dan upaya yang dapat kami lakukan untuk menghilangkan lembaga keuangan syariah di era 4.0, misalnya melalui peningkatan modal usaha dan SDM, memperkuat informasi, variasi produk, pemanfaatan teknologi dalam proses bisnis, serta menerapkan tata kelola manajemen dan manajemen yang lebih baik di era 4.0 katanya.
Dilanjutkan pemaparan materi oleh KH. Fathurrozy, SE., MM, yang mendukung ekonomi syariah di Indonesia dapat membawa manfaat besar jika masyarakat berfikir inovatif.Dosen Universitas Jember dan juga merupakan salah satu wakil di jajaran Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama ini untuk memperoleh, tantangan yang dibutuhkan oleh sistem ekonomi Islam cukup besar dan perlu mendapat perhatian penuh. Salah satunya, rendahnya pemahaman umat tentang sistem ekonomi Islam dan inovasinya dalam perjalanan era 4.0. Terkait dengan ekonomi Islam di Era 4.0, tentu saja lepas dari ekonomi berbasis syariah dan inovasinya dalam pengembangan ekonomi syariah di era 4.0, dan menjadi sangat penting untuk pengembangan ekonomi keuangan syariah melalui sinergi dan kolaborasi di antara perusahaan jasa keuangan syariah di berbagai perusahaan dengan bantuan industri halal di sektor real ”
Selanjutnya, menghadiri pemaparan Bpk Najib, Kepala Bank Syariah Mandiri Cabang Lumajang yang menjelaskan bahwa Indonesia adalah negara dengan populasi Muslim terbesar, potensi pengembangan ekonomi dan keuangan syariah masih sangat tinggi. Selaku lembaga keuangan, kami senantiasa meningkatkan kualitas produk layanan, membuat produk layanan syariah dapat menjadi pilihan utama masyarakat. Bank Syariah Mandiri, lanjut beliau, akan selalu disetujui untuk memenuhi harapan dan kebutuhan prioritas dari sisi kualitas maupun layanan. “Kami ingin masyarakat memiliki pengalaman yang baik dalam bertransaksi melalui layanan perbankan syariah. Insyaallah dengan produk layanan yang lengkap dan kompetitif, melengkapi Mandiri Syariah memberikan kontribusi untuk pengembangan ekonomi syariah di Indonesia,” katanya.
Sementara pemateri ke empat disampaikan oleh Sarkowi, MA, pengamat sosial keagamaan dan dosen tetap UIN Maliki Malang, mengatakan bahwa tampuh kepemimpinan bangsa Indonesia, sejak bangsa ini mau berdiri sampai saat ini, perkembangan pemerintahan dan pembangunan ekonomi syariah, ada ditangan anak-anak muda, khususnya para santri dan pondok pesantren. Pondok pesantren disamping sebagai lembaga pendidikan, dan lembaga dakwah dan sosial, juga dapat menjadi lembaga pembangunan ekonomi. Dosen UIN Malang ini menyatakan bahwa Potensi Pesantren di dalam Menggerakkan Ekonomi Syariah terlihat dari ekosistem Pesantren yang sangat besar, terdiri dari Santri, Asisten, hingga Warga Pesantren merupakan modal yang besar dalam menggerakkan ekonomi dan ekonomi nasional. SDM yang dibina di pesantren, yaitu santri,Memiliki daya juang dan kemandirian yang tinggi akan sangat bermanfaat dalam membantu mengembangkan keuangan. Dan Jalinan silaturahmi antara santriwan dan santriwati di Indonesia merupakan kelebihan yang bisa diunggulkan dalam menumbuhkan investasi Indonesia, menguntungkan ekonomi syariah.
Ketua ISNU Kabupaten Lumajang periode 2014-2018 ini juga menyampaikan hasil penelitian Clifford Geertz saat membahas tentang santri pengusaha di Mojokuto. Santri itu, selain puritan dalam beragama, etos kerja keras, sikap disiplin, hemat, jujur, dan rasional santri pengusaha jauh lebih kuat dari rekannya yang abangan maupun priyayi. Santri pengusaha memiliki keahlian, ketrampilan dan pengetahuan dagang yang tidak dimililki oleh golongan abangan dan priyayi.Lebih santri pengusaha dan pedagang memiliki toko yang lebih banyak dibandingkan dengan mereka.