Dulu, ketika masih kecil, ingin sekali menjadi Badman, meski memasang Celana Dalam (CD) di luar. Tapi, dia punya kelebihan bisa terbang, selain itu dipuja oleh banyak orang, dianggap sebagai pahlawan. Ketika orang tua atau guru bertanya kelak cita-citanya ingin menjadi apa, tanpa pikir panjang, jawabannya Badman. Manusia super yang digemari anak-anak pada zamannya, pahlawan pilih tanding, pembasmi kejahatan dan pembela kebenaran.
Setelah beranjak dewasa, tersadar bahwa menjadi Badman itu tidak mungkin, sebab itu hanya khayalan. Tapi, tidak dengan Angling Darma, raja Malwapatih yang sakti mandraguna. Paling tidak, bisa ditempuh dengan cara bertapa, berguru ke orang-orang sakti, seketika itu ingin sekali bertapa di Goa. Namun, tersadar bahwa diri ini takut dengan hantu, berbagai macam pikiran tentang arwah gentangan, telah mengubur jauh-jauh keinginan untuk bertapa.
Setelah melalui perjalanan hidup mulai kecil hingga dewasa, banyak mencicipi getirnya kehidupan, rupanya menjadi kuat dan sakti itu tidak ada gunanya. Di era modern ini, hanya uang dan kekuasaan yang bisa menjadikan sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin. Oleh sebab itu, seketika banting setir ingin menjadi Wakil Rakyat. Namun, fakta Cost Politik yang begitu tinggi, rasa-rasanya duduk di Gedung Dewan hanya akan menjadi mimpi belaka. Bayangkan, pemilu 2024 kemaren, banyak Calon Legislatif (Caleg) berguguran meski telah menghabiskan uang miliaran apalagi yang hanya modal dengkul, berat saudara.
Seandainya masuk Kartu Keluarganya Pak Jokowi, barangkali tidak akan berat, jangankan menjadi Wakil Rakyat, menjadi Ketua Partai, Bupati, Gubernur hingga Cawapres adalah perkara yang mudah, tinggal merubah aturannya agar berpihak, selesai. Saat ini, orang tersakti hanya Pak Jokowi, tanpa harus merapalkan mantra, lirikannya kepada Anwar Usman mampu merubah syarat menjadi Capres-Cawapres. Putusan MK Nomor 90/PUU-XXI/2023 adalah buktinya, diduga sebagai karpet merah untuk Gibran Rakabuming yang tak lain Ponakan Anwar Usman agar bisa maju sebagai Cawapres.
Akhirnya, Gibran bisa maju sebagai Cawapres mendampingi Prabowo, mereka pun menang telak hampir di semua Provinsi seluruh Indonesia. Bila Gibran bisa maju Cawapres, maka adiknya Kaesang tiba-tiba jadi Ketum Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Sebagai partai pendukung Pak Jokowi, Giring Nidji merelakan kursi Ketum untuk Kaesang, tanpa harus melalui proses jadi kaderisasi, bim salabim, ketum PSI.
Apakah itu sudah cukup? Belum. Pak Jokowi kembali menunjukkan ajian Rengka Gunungnya. Mahkamah Agung (MA) tiba-tiba mengeluarkan putusan Nomor 23P/HUM/2024 yang mengubah syarat usia Calon Kepala Daerah dan Calon Wakil Kepala Daerah. Putusan ini diduga untuk memuluskan jalan Kaesang maju sebagai Cawagub DKI. Meski gelombang protes dan kritikan dari mana-mana, itu tidak akan ada gunanya, ilmu Rawarontek Pak Jokowi menjadikannya kebal dengan kritik.
Kesaktian Pak Jokowi tiada duanya, selain bisa digunakan untuk kemanfaatan kedua putranya. Bisa juga untuk memukul rakyatnya dengan UU ITE, bisa juga untuk menyengsarakan kaum buruh dengan UU Omnibus Law, bisa juga untuk memperburuk kehidupan rakyatnya dengan manaikkan harga BBM secara diam-diam. Terbaru, ada Tapera, UU Penyiaran dan sederet aturan lainnya.
Seandainya masuk KK nya Pak Jokowi, hidup serasa akan lebih mudah, tidak akan ada lagi yang namanya kerja keras. Tinggal Bim Salabim… selesai. Bismillah…Yok, Dispenduk bisa yok…
Robith Fahmi