Pertemanan yang toxic adalah hubungan yang dipenuhi unsur negatif dan dapat merugikan seseorang. Dalam pertemanan yang toxic juga bisa merusak pertemanan yang awalnya indah menjadi malapetaka. Ulama memandang bahwa perilaku toxic dalam persahabatan mencakup intimidasi, kekasaran, ketidakmampuan menerima kesalahan, dan keinginan untuk selalu menang. Individu yang toxic seringkali berhadapan dengan trauma dan stres yang tinggi, serta bisa menimbulkan masalah psikologis.
Dalam Psikologi Islam, sahabat yang baik harus saling melindungi, bersikap baik, memiliki kesamaan, dan saling tolong-menolong. Sebaliknya jika memiliki sahabat yang toxic, mereka tidak memiliki empati dan tidak mempertimbangkan perasaan orang lain mereka hanya mementingkan perasaannya sendiri, jarang sekali bagi mereka untuk memikirkan bagaimana perasaan dan kondisi temannya.
Aristoteles, dalam karyanya “Eudemian Ethics” dan “Nicomachean Ethics”, membagi persahabatan menjadi tiga jenis: berdasarkan kegunaan, kesenangan, dan keutamaan. Persahabatan yang toxic tidak memenuhi kriteria ini dan dapat berdampak negatif pada kehidupan seseorang.
Al-Quran melarang perilaku buruk seperti berkata kasar, dan menekankan pentingnya persahabatan yang membawa kebahagiaan, rasa hormat, dan kekompakan. Terdapat penelitian ilmiah yang dilakukan oleh Leni Miftahul Hasanah yang terunggah di website Raden Intan Repository memaparkan bahwa hubungan pertemanan yang toxic dapat menyebabkan stres dan masalah psikologis. Oleh karena itu, memilih dan mempertahankan pertemanan yang sehat dan saling membahagiakan sangat penting.
Menurut Suzzane di dalam bukunya toxic friendship “knowing the rules and
dealing with the friends who breaks them” menuliskan bahwa seorang teman
yang beracun seringkali mendatangi seseorang bila sedang membutuhkan sesuatu
saja serta , mengisolasi seseorang dari kawan-kawannya yang lain, selalu merasa
iri, memfitnah orang lain demi menjadi ekslusivitas pertemanan dan hobby
berkompetensi. Memilih dan mempertahankan pertemanan yang sehat dan saling membahagiakan sangat penting untuk kesejahteraan emosional dan psikologis.
Tuntunan Islam juga telah mengajarkan tentang tata cara bergaul dengan sesama manusia yaitu rasulullah berkasih sayang dengan sesamanya. Orang – orang muslim saling mengasihi, mencintai, bersikap baik antara satu sama lain seperti tubuh, bila
bagian yang satu sakit yang lain pun merasakan sakit pula. Maka dengan begitu
kehidupan sosial seorang mukmin yang seharusnya adalah saling berkasih sayang
bertolak belakang dengan term toxic friendship yang menjadi masalah sosial.
Bersikap baik juga terdapat dalam al-qur’an surah At-Takwir : 22 yang menekankan pentingnya bersikap baik dalam berinteraksi dengan orang lain. Dalam sebuah pertemanan, bersikap baik pula memilih teman yang memiliki dasar kejiwaan yang mulia, seperti yang bertakwa, memiliki rasa kasih sayang, tidak mementingkan diri sendiri, mampu memaafkan dan berani berkata benar.
Author: Hikmatul Ainul Rohmah_Mahasiswi PGMI Smt 4
Editor: Nabila N.A