“Apa sih yang lo kejar di dunia ini? Ga capek apa?” Seulas kalimat yang bersemayam di reels medsos milik akun @collectifeel yang menyadarkan untuk kembali menelisik apa yang menjadi tujuan kita hidup di dunia fana ini. Sejauh kaki melangkah, beribu kilometer telah digayuh, milyaran kenangan terdokumentasikan dengan kamera atau hanya terekam mata. Sudahkan bertafakkur apakah yang menjadi priority (prioritas) dalam final chapternya garis takdir kehidupan?
Apapun yang berhubungan dengan dunia, sebaiknya tidak berlebihan terhadap segalanya. Prosesnya panjang bahkan mungkin berliku untuk mewujudkan pribadi Insan Kamil dalam diri manusia yang berbeda kepala, berbeda pula cara menanggapinya. Saat fase kebahagiaan itu datang, bahagia lah sewajarnya, rayakan dengan wajar, sambutlah hidup dengan suka cita yang wajar juga.
الدهر يومان، يوم لك ويوم عليك Zaman (masa/era) itu (cuma) ada dua hari, satu hari baik dan satu buruk bagimu. Ketika ujian melanda juga rasa kecewa hadir menghiasi cakrawala kehidupan. Seringkali manusia merasa paling merana tak ada duanya. Bersedihlah secukupnya, belajar menerima apapun keadaannya. Punya ekspetasi itu manusiawi dan kecewa adalah hal wajar dalam kehidupan yang harus kita jalani terkendali oleh sang Ilahi Robbi.
Mengimani kalamullah, pembahasan tentang dunia الدنيا tersebar dalam Q.S Ali Imran: 185, Annisa’: 77, Ar-Ra’d: 26, Al-Ankabut: 64 mengungkapkan bahwasanya dunia bersifat sementara, dunia berisi kesenangan sedikit yang akan sirna dan akhirat ialah lebih baik dan bersifat selamanya. Jika demikian? Bukankah selama hidup di dunia harusnya menjadi ladang dan bekal pahala menuju akhirat sebagai finishnya?
Imam As- Sa’di dalam tafsirnya mengatakan “Tidaklah kehidupan di dunia ini di dalamnya berbagai perhiasan dan kenikmatan serta syahwat yang mengikat hati yang tengah berpaling, menjadikan indah dalam pandangan mata yang lalai, memberikan kesenangan palsu pada jiwa yang terhipnotis, kemudian ia lenyap seketika serta hilang keseluruhannya sehingga pecintanya tidak mendapatkan apa-apa selain penyesalan, keletihan dan kerugian.”
Dalam HR Muslim, Rasulullah SAW bersabda: “Tidaklah dunia itu dibanding dengan akhirat melainkan bagaikan salah seorang dari kamu memasukkan jari tangannya ke dalam lautan, maka perhatikanlah apa yang dibawa oleh jari itu.” الدنيا اما نقمة نازلة وأما نعمة زائلة Dunia itu hanyalah bencana yang menghantam atau nikmat yang (kan) menghilang.
So, kita sebagai manusia muslim milenial, Apa sih yang kamu kejar di dunia hingga melalaikan akhirat? Bekerjalah sesuai porsinya layaknya kamu akan hidup selamanya mengisyaratkan dalam bekerja harus tekun dan gigih, lalu beribadalah dengan sempurna layaknya kamu akan meninggal esok hari mengisyaratkan agar saat menjalankan ibadah yaitu dengan mempersembahkan ibadah terbaik pada sang pencipta. Bukan malah dibalik ya? Semoga kehidupan yang sedang kita jalani menjadikan nafi’ah wa maslahah wa salamah ila akhiril hayah. Wallahu a’lam bi showab
Nabila Nailil Amalia