Telapak kaki adalah bagian bawah kaki manusia, secara anatomis, telapak kaki disebut aspek plantar. Jadi, telapak kaki adalah bagian penting yang memungkinkan kita berjalan dan bergerak sehari-hari. Tak seperti bagian tubuh lainnya, kulit telapak kaki tak memiliki bulu maupun pigmen dan memiliki konsentrasi pori keringat yang tinggi. Itu pun menurut para dokter.
Namun, problematika disini kita akan membahas telapak kaki yang menjadi pintu syurga kelak nanti, yaitu telapak kaki ibu. Banyak dari para ulama menyebut bahwa redaksi hadits surga di bawah telapak kaki ibu (al-jannatu tahta aqdam al-ummahaat), memang nyata. Perlu kita ketahui bahwa anggapan syurga di telapak kaki ibu memberikan nilai baik dan positive bagi kita semua. Tentulah ungkapan hadits para ulama’ mengantar kan kita akan berbaktinya kepada orang tua, terlebih seorang ibu, yang telah mengandung, melahirkan dan menyusui kita.
Deskripsi seperti ini bukan untuk membandingkan seorang ayah dan ibu namun kita fokus pada seorang ibu. Peran seorang ibu dalam keluarga sangat lah penting, beragam dan utama seperti manager keluarga, pendidik, psikolog keluarga, perawat dan koki keluarga. Lalu, sebenarnya bagaimana ungkapan surga di telapak kaki seorang ibu?
Ungkapan tersebut termasuk ajakan wajib bagi kita untuk berbakti kepada ibu. Kiasan Syurga berada di telapak kaki ibu sudah tertera di kitab Mirqotul Mafatih al- Allamah ath- Thibi, yang memiliki arti; Surga di kedua telapak kaki Ibu adalah kinayah atau kiasan dari puncak ketundukan dan kerendahan diri seorang anak terhadap ibunya, Sebagaimana firman Allah di surah Al Isra’ ayat 24 yang Berbunyi:
وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ
Artinya: Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan.
Dalam penjelasan lain, ada salah satu penjelasan Imam al-Munawi dalam kitab At-Taisir bi Syarhil Jâmi’is Shaghîr (I/966) mengatakan:
يَعْنِي لُزُومُ طَاعَتِهِنَّ سَبَبٌ قَرِيبٌ لِدُخُولِ الْجَنَّةِ
”Bahwa selalu menaati para ibu adalah sebab dekatnya seseorang memasuki surga. “
Dari penjelasan diatas dapat ditarik hikmah yang sangat berharga, betapa Allah SWT yang sedemikian luas rahmat-Nya membukakan pintu surga untuk hamba dari berbagai sisi. Di antaranya adalah melalui ketaatan manusia kepada orang tua, utamanya kepada Ibu.
Apalagi Ketika kita masih duduk di bangku sekolah atau kuliah yang memiliki semangat tinggi, jangan sampai tingkat semangat kita lebih tinggi dari ridho Ibu, sebab ungkapan seperti ini sudah di jelaskan dalam HR. Tirmidzi, Hakim, Ibnu Hibban yang berbunyi:
رِضَا اَللَّهِ فِي رِضَا اَلْوَالِدَيْنِ, وَسَخَطُ اَللَّهِ فِي سَخَطِ اَلْوَالِدَيْنِ
“ Ridho Allah tergantung Ridho Orang tua Murka Allah tergantung dari murka Orang tua.”
Begitu pula dengan Imam Adz-Dzahabi rahimahullaah, beliau berkata dalam kitabnya Al-Kabaair, dengan Syair:
Ibumu telah mengandungmu di dalam perutnya selama sembilan bulan, seolah-olah sembilan tahun.
Dia bersusah payah ketika melahirkanmu yang hampir saja menghilangkan nyawanya.
Dia telah menyusuimu dari putingnya, dan ia hilangkan rasa kantuknya karena menjagamu.
Dia cuci kotoranmu dengan tangan kirinya, dia lebih utamakan dirimu dari padadirinya serta makanannya.
Dia jadikan pangkuannya sebagai ayunan bagimu.
Dia telah memberikanmu semua kebaikan dan apabila kamu sakit atau mengeluh tampak darinya kesusahan yang luar biasa dan panjang sekali kesedihannya dan dia keluarkan harta untuk membayar dokter yang mengobatimu.
Seandainya dipilih antara hidupmu dan kematiannya, maka dia akan meminta supaya kamu hidup dengan suaranya yang paling keras.
Betapa banyak kebaikan ibu, sedangkan engkau balas dengan akhlak yang tidak baik.
Dia selalu mendo’akanmu dengan taufik, baik secara sembunyi maupun terang-terangan.
Tatkala ibumu membutuhkanmu di saat dia sudah tua renta, engkau jadikan dia sebagai barang yang tidak berharga di sisimu.
Engkau kenyang dalam keadaan dia lapar.
Engkau puas minum dalam keadaan dia kehausan.
Engkau mendahulukan berbuat baik kepada istri dan anakmu dari pada ibumu.
Engkau lupakan semua kebaikan yang pernah dia perbuat.
Berat rasanya atasmu memeliharanya padahal itu adalah urusan yang mudah.
Engkau kira ibumu ada di sisimu umurnya panjang padahal umurnya pendek.
Engkau tinggalkan padahal dia tidak punya penolong selainmu.
Padahal Allah telah melarangmu berkata ‘ah’ dan Allah telah mencelamu dengan celaan yang lembut.
Engkau akan disiksa di dunia dengan durhakanya anak-anakmu kepadamu.
Allah akan membalas di akhirat dengan dijauhkan dari Allah Rabbul ‘aalamin.
Jadi, jangan sia siakan keberadaan orang tua kita, selagi beliau masih Hidup. Karena penyesalan bukan terjadi di permulaan melangkah tapi terjadi di akhir nanti. Orang lain boleh meremehkan mimpi indah di masa depan, yakinlah bahwa mimpi yang terlihat mustahil akan menjadi kenyataan selagi doa Ibu masih ditengadahkan. Semangat berjuang bagi seorang anak yang masih di berikan kesehatan bagi orang tuanya, tapi buat para anak yang hanya memiliki seorang ayah jangan pernah menyerah karana masih banyak pintu dan jalan untuk masuk syurga.
Semoga al faqir dan si pembaca, di berikan keridhoan Allah dan orang tuanya dalam meraih sebuah cita-cita.
Author: Fatichatur Rohmah_Mahasiswi IAT smt 4
Editor: Nabila N.A